Puteriku,
menjelang
kakimu menjejak ambang dewasa,
pintallah
benang–benang keimanan,
untuk
pakaian seharianmu,
anyamlah
tikar-tikar ketakwaan,
untuk sujud
di depan Khalikmu,
jalinlah
permaidani kebenaran,
untuk alas
gerak-gerimu,
ukirlah
hiasan kejujuran,
untuk
pameran di ruang hatimu.
Lukislah
arca keikhlasan,
untuk
huluran pemberianmu,
bentanglah
sejadah kepasrahan,
untuk segala
urusan Tuhanmu,
jangan kau
lupa sebutlah nama Rabb-mu,
dalam setiap
tarikan nafasmu,
agar engkau
selamat,
tidak
diperkosa dan dianiya,
oleh kaum
durjana, kaum jin, kaum iblis yang serakah,
dan tidak
diperdaya situasi masa,
yang memang
sudah gila tak kenal usia.
Puteriku,
lindungilah
tabir kesucianmu,
dengan sifat
malu dan dengan benteng imamat,
yang
berwujud pesona cahaya,
yang
terpancar pada surah An-Nur,
ayat tiga
puluh sampai tiga puluh tiga.
Kelak, jika
tiba masanya nanti,
pilihlah
suami yang soleh,
kuat agama,
tidak miskin,
fasih
menyebut ayat-ayat dan kalamullah - Al-Quran,
fasih
mengumandangkan kebenaran dan keadilan,
setia dalam
cinta,
jujur dalam
berkata-kata,
setia dalam
suka dan duka, nestapa dan lara,
dan setia
dalam menjaga keluarga, anak isteri tercinta,
dari hal-hal
yang tidak diredhakan Azzawajalla.
Wasatiyyah. Pilihan kita, teman. |
Lantas
lahirkan dari kesucian rahimmu,
seribu
generasi teladan,
seribu
generasi pilihan,
sebagaimana
disabdakan Junjungan,
sebagaimana
difirmankan Tuhan,
yang terukir
dengan impian surah Al-Kahfi ayat tiga belas.
Akhirnya,
jadilah engkau seorang ibu sejati,
sepanjang
hayat selagi dikandung badan,
hingga pada
saatnya, akhir masa nanti,
engkau akan
dikenali sebagai muslimah sejati,
puteri ayah
yang hakiki,
puteri ibu
yang molek pekerti,
penyuar
akhlak dan moral para nabi,
untuk
peradaban umat manusia ini.
*Ini puisi
dari hati seorang Papa yang dikasihi.*
Selamat sejahtera
dan semoga kita dapat melahirkan manusia yang bijak dan bersifat mulia untuk
kebaikan manusia sejagat tanpa mengenal batasan bangsa.
Cita Al-Haqirah. Bi Iznillah. ;)